January, 1st.
Di saat yang lain memulai awal
tahun yang baru dengan hal-hal baru yang menyenangkan, saya kembali dengan
kegiatan yang selalu sama setiap tahunnya yaitu kumpul bersama keluarga. Jika
tahun lalu saya merasa bosan, tahun ini terasa berbeda. Saya sangat antusias
menyambut keluarga besar yang datang ke rumah saya. Ya! Tahun ini saya mau
memberkati keluarga saya. Saya mau memberikan waktu untuk keluarga saya. Lelah
menyiapkan semua, namun ada sukacita melihat senyum-senyum yang muncul di bibir
setiap keluarga yang datang. Awal yang indah menurut saya.
Saya bersyukur memiliki keluarga.
January, 2nd.
Menghabiskan waktu dirumah
membosankan, apalagi sendirian. Sebuah pesan muncul dari whatsapp messenger yang ada di handphone saya, seorang kakak
mengajak hangout. Bak air di padang
gurun yang begitu menyegarkan, saya pun menerima ajakan itu. Kami pun kumpul
bertiga, tidak perlu tempat yang jauh ataupun bagus, hanya disebuah tempat
perbelajaan yang tidak jauh dari rumah. Belanja, makan, mengobrol, bercanda,
tertawa, intinya menghabiskan waktu bersama. Hal yang sederhana namun berarti,
menghabiskan waktu bersama dengan orang lain.
Saya bersyukur memiliki banyak kakak walau saya anak sulung.
January, 3rd.
Liburan membuat saya lupa dengan
pekerjaan. Disaat harus mencari sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan, ada
orang-orang yang mau memberikan waktunya untuk menemani saya. Di tengah hujan
yang cukup deras, diberikanNya waktu
untuk bercanda dan berbincang bersama orang-orang yang luarbiasa. Sleepover, menghabiskan malam dengan
berbincang-bincang bersama sahabat dari hal yang sepele hingga serius, dari
sekedar kehidupan sehari-hari hingga pelayanan.
Saya bersyukur memiliki orang-orang yang mau memberikan waktunya
sekedar untuk menolong saya.
January, 4th.
The 1st Sunday service, kembali
menjadi koordinator usher di ibadah minggu. Dengan minimnya orang yang ada dan
ditambah banyaknya orang baru mengingat merger dengan wilayah lain, saya
belajar melayani hanya untuk Tuhan dan berikan yang terbaik untuk Dia.
Saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk melayani Tuhan di usher
dan melayani orang-orang untuk bisa maksimal dan nyaman saat ibadah.
January, 5th.
Kecewa. Gagal. Sesal?
Kembali ditolak oleh beberapa
orang hanya dengan alasan kenyamanan, tanpa melihat apa yang telah saya perbuat
selama ini. Semua terasa sia-sia. Segala tuduhan tak berdasar semakin membuat
diri ini tidak yakin. Awal tahun dimulai dengan tekad tanpa penyesalan, namun
baru 5 hari rasa sesal itu kembali datang. Susah rasanya membuang rasa itu.
Rasa sesal yang membuat saya merasa gagal. Lagi, saya semakin yakin manusia
hanya bisa berencana.
Saya bersyukur menikmati rasa sesal dan gagal, tapi rasa sesal itu
tidak akan membuat saya tinggal dalam penyesalan.
January, 10th
Kembali bertemu dengan
bocah-bocah yang kini sudah tumbuh dewasa. Bocah-bocah yang waktu itu pernah
membuat saya berarti. Bocah-bocah yang terkadang susah diatur, bocah-bocah yang
terkadang membuat saya tertawa dengan kelakarnya, dan bocah-bocah yang membuat
saya tersenyum bahagia.
Saya bersyukur bisa menjadi pembimbing bocah-bocah itu dan bersyukur
mereka masih menyadari keberadaan saya.
January, 11th
Setelah mencari orang untuk
menemani paa akhirnya ikut acara gathering sebuah event. Saya bertemu banyak
orang yang luarbiasa yang mau memberikan dirinya buat generasinya. Orang-orang
yang juga melayani di tempat mereka masing-masing dengan cara mereka.
Orang-orang yang freak bagi dunia ini. Ya, saya tidak bisa egois dengan berdiam
diri.
Saya bersyukur bertemu orang-orang luarbiasa yang lewat hidup mereka
mengingatkan kembali panggilan saya.
January, 13th
Mengajari bocah-bocah yang begitu
luarbiasa. Bocah-bocah yang sejak masa sekolahnya mau memberikan diri untuk
melayani Tuhan dan sesamanya. Segala pertanyaan yang terlontar menggambarkan
rasa ingin tahu mereka. Rasa ingin tahu yang begitu besar yang membuat saya
kembali teringat pada diri ketika seperti mereka. Kembali teringat mengapa saya
bisa berada di titik saat ini.
Makan malam bersama
sahabat-sahabat terkasih. Hal sederhana yang terkadang sangat susah untuk
dilakukan. Bertemu dengan seorang sahabat yang sudah begitu lama tidak
berjumpa. Senang rasanya melihat dia menjalani hidupnya dengan baik. Walau
mulut tak melontarkan banyak kata tapi hati ini sungguh berbahagia malam ini.
Saya bersyukur bisa memberikan waktu saya untuk orang-orang yang saya
kasihi.
January, 17th
Rapat awal tahun timurdua. Meluruskan
komitmen bersama, membuat target bersama dan menjalani visi yang sama. Banyak orang
yang berkurang dibanding tahun lalu dan banyak pula yang bertambah. Tidak
pernah tahu sampai kapan mereka yang di sekeliling kita akan terus bersama
dengan kita dan tidak pernah tahu kapan mereka yang di samping kita akan pergi
meninggalkan kita. Menyadari bahwa hidup ini bertanding dengan waktu, waktu
yang tidak akan pernah berulang. Pemimpin-pemimpin luarbiasa itu berdoa dan
bernubuat bagi orang-orang yang dipimpinnya. Ingin rasanya dinubuatkan hal yang
besar. Seorang pemimpin berdoa, “engkau akan menjadi ibu bangsa-bangsa dan
engkau akan menjadi bangsa yang besar”. Tergelitik rasanya hati ini ketika
mendengar doa itu. “Klise rasanya,” kataku dalam hati. Hal yang sering kudengar
dan masih terlihat aneh di telingaku. Tapi malam ini diingatkan
perkataan-perkataan orang lain padaku. Pernyataan-pernyataan yang selalu
kuragukan, namun pernyataan-pernyataan itu meneguhkanku malam ini terhadap
janji Tuhan bagiku. Ibu bangsa-bangsa itu bukan hal yang mustahil untuk Tuhan
kerjakan bagiku, setia dan kerjakan.
Saya bersyukur boleh mendapati janji Tuhan.
January, 18th
Berkumpul bersama sahabat-sahabat
terkasih, tak cuma mereka tapi dengan dua orang adik terkasih yang pernah saya
layani. Sekedar makan bersama , berbincang dan bersendau gurau cukup terasa
berarti. Moment yang selalu saya sukai dan syukuri.
Saya bersyukur masih memiliki hubungan yang baik dengan mereka yang
saya kasihi.
January, 22nd
Masalah. 7 huruf, 1 kata yang
sering sekali datang dalam hidup manusia. Semalam mendengar kabar yang cukup
membuat diri ini panas karena marah. Saat persiapan retreat sekolah saya hampir
rampung masalah itu muncul. Semua persiapan hampir menjadi percuma, acara
hampir batal hanya karena keegoisan seseorang. Tapi masalah itu membuat
orang-orang yang berjerih lelah untuk retreat ini bersatu. Memiliki hati yang
sama untuk membela retreat ini. Pelangi sehabis hujan? Itu yang saya lihat
dalam kejadian ini. Tersenyum bibir ini melihat hati-hati yang penuh dengan
kerinduan. Dan kembali menyukuri segala perkara yang TUHAN berikan bagi
anak-anak yang dikasihi-Nya.
Saya bersyukur masalah datang silih berganti dan membuat saya semakin
berpengharapan.
January, 24th
Tiga hari dua malam yang
luarbiasa, lelah dan kurang tidur tidak membuat sukacita ini berkurang. Melihat
lawatan Tuhan yang begitu luarbiasa bagi sekolah yang sangat saya kasihi.
Puncak Kana kembali menjadi saksi bisu anak-anak muda boleh berjumpa dengan
Cinta Pertama mereka. Retreat yang cukup berkesan bagi saya, tak hanya mereka
namun saya pun boleh dilawat Tuhan. Pengertian-pengertian yang baru boleh saya
dapati tiga hari ini. Yang paling penting saya kembali bertemu dengan Cinta Pertama
saya. Delapan tahun lalu di tempat yang sama, saya bertemu Cinta Pertama Saya.
Tujuh tahun lalu di tempat yang sama, saya menjadi panitia yang menyiapkan
retreat yang sama. Enam tahun yang lalu di tempat yang sama, pertama kali saya
melayani sebagai pembimbing di retreat. Dan di tempat itu, tiga hari ini saya
boleh melayani orang-orang yang akan merasakan hal yang sama dengan yang pernah
saya alami. Lahirlah murid-murid yang kuat dan teguh. Lahirlah generasi yang
melakukan hal-hal yang lebih besar dari pendahulunya. Dari sekolah yang saya
kasihi ini akan lahir orang-orang besar yang akan melakukan Amanat Agung itu.
Saya bersyukur boleh bertemu dengan Cinta Pertama saya.
January, 31th
Hari terakhir di bulan pertama di
tahun 2015. Sudah hari ketiga puluh satu di tahun ini yang boleh saya lalui,
tak terasa. Baru kemarin rasanya semua orang bersukacita merayakan pergantian
tahun, namun kini sudah akan berganti bulan. Semakin menyadari bahwa kita
berlomba dengan waktu. Mengoreksi segala sesuatu yang sudah saya lakukan bulan
ini dan ternyata saya masih kalah dengan waktu. Menyesal? Tentu. Akan tetapi,
saya mau memulai hal yang baru tanpa penyesalan. Biar penyesalan itu menjadi
pelajaran yang berharga bagi hidup saya. Bulan Februari, saya akan mengalahkan
waktu. Saya harus kerjakan banyak!
Saya bersyukur masih bisa bertanding dengan waktu.
Beranikah kita memulai tanpa penyesalan?
Bab 1 di 2015, FINISH! Bab 2? START!