Let no one despise or think less of you because of your youth, but be an example (pattern) for the believers in speech, in conduct, in love, in faith, and in purity.

Sabtu, 31 Januari 2015

Chapter 1, 2015

January, 1st.
Di saat yang lain memulai awal tahun yang baru dengan hal-hal baru yang menyenangkan, saya kembali dengan kegiatan yang selalu sama setiap tahunnya yaitu kumpul bersama keluarga. Jika tahun lalu saya merasa bosan, tahun ini terasa berbeda. Saya sangat antusias menyambut keluarga besar yang datang ke rumah saya. Ya! Tahun ini saya mau memberkati keluarga saya. Saya mau memberikan waktu untuk keluarga saya. Lelah menyiapkan semua, namun ada sukacita melihat senyum-senyum yang muncul di bibir setiap keluarga yang datang. Awal yang indah menurut saya.
Saya bersyukur memiliki keluarga.

January, 2nd.
Menghabiskan waktu dirumah membosankan, apalagi sendirian. Sebuah pesan muncul dari whatsapp messenger yang ada di handphone saya, seorang kakak mengajak hangout. Bak air di padang gurun yang begitu menyegarkan, saya pun menerima ajakan itu. Kami pun kumpul bertiga, tidak perlu tempat yang jauh ataupun bagus, hanya disebuah tempat perbelajaan yang tidak jauh dari rumah. Belanja, makan, mengobrol, bercanda, tertawa, intinya menghabiskan waktu bersama. Hal yang sederhana namun berarti, menghabiskan waktu bersama dengan orang lain.
Saya bersyukur memiliki banyak kakak walau saya anak sulung.

January, 3rd.
Liburan membuat saya lupa dengan pekerjaan. Disaat harus mencari sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan, ada orang-orang yang mau memberikan waktunya untuk menemani saya. Di tengah hujan yang cukup deras,  diberikanNya waktu untuk bercanda dan berbincang bersama orang-orang yang luarbiasa. Sleepover, menghabiskan malam dengan berbincang-bincang bersama sahabat dari hal yang sepele hingga serius, dari sekedar kehidupan sehari-hari hingga pelayanan.
Saya bersyukur memiliki orang-orang yang mau memberikan waktunya sekedar untuk menolong saya.

January, 4th.
The 1st Sunday service, kembali menjadi koordinator usher di ibadah minggu. Dengan minimnya orang yang ada dan ditambah banyaknya orang baru mengingat merger dengan wilayah lain, saya belajar melayani hanya untuk Tuhan dan berikan yang terbaik untuk Dia.
Saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk melayani Tuhan di usher dan melayani orang-orang untuk bisa maksimal dan nyaman saat ibadah.

January, 5th.
Kecewa. Gagal. Sesal?
Kembali ditolak oleh beberapa orang hanya dengan alasan kenyamanan, tanpa melihat apa yang telah saya perbuat selama ini. Semua terasa sia-sia. Segala tuduhan tak berdasar semakin membuat diri ini tidak yakin. Awal tahun dimulai dengan tekad tanpa penyesalan, namun baru 5 hari rasa sesal itu kembali datang. Susah rasanya membuang rasa itu. Rasa sesal yang membuat saya merasa gagal. Lagi, saya semakin yakin manusia hanya bisa berencana.
Saya bersyukur menikmati rasa sesal dan gagal, tapi rasa sesal itu tidak akan membuat saya tinggal dalam penyesalan.

January, 10th
Kembali bertemu dengan bocah-bocah yang kini sudah tumbuh dewasa. Bocah-bocah yang waktu itu pernah membuat saya berarti. Bocah-bocah yang terkadang susah diatur, bocah-bocah yang terkadang membuat saya tertawa dengan kelakarnya, dan bocah-bocah yang membuat saya tersenyum bahagia.
Saya bersyukur bisa menjadi pembimbing bocah-bocah itu dan bersyukur mereka masih menyadari keberadaan saya.

January, 11th
Setelah mencari orang untuk menemani paa akhirnya ikut acara gathering sebuah event. Saya bertemu banyak orang yang luarbiasa yang mau memberikan dirinya buat generasinya. Orang-orang yang juga melayani di tempat mereka masing-masing dengan cara mereka. Orang-orang yang freak bagi dunia ini. Ya, saya tidak bisa egois dengan berdiam diri.
Saya bersyukur bertemu orang-orang luarbiasa yang lewat hidup mereka mengingatkan kembali panggilan saya.

January, 13th
Mengajari bocah-bocah yang begitu luarbiasa. Bocah-bocah yang sejak masa sekolahnya mau memberikan diri untuk melayani Tuhan dan sesamanya. Segala pertanyaan yang terlontar menggambarkan rasa ingin tahu mereka. Rasa ingin tahu yang begitu besar yang membuat saya kembali teringat pada diri ketika seperti mereka. Kembali teringat mengapa saya bisa berada di titik saat ini.
Makan malam bersama sahabat-sahabat terkasih. Hal sederhana yang terkadang sangat susah untuk dilakukan. Bertemu dengan seorang sahabat yang sudah begitu lama tidak berjumpa. Senang rasanya melihat dia menjalani hidupnya dengan baik. Walau mulut tak melontarkan banyak kata tapi hati ini sungguh berbahagia malam ini.
Saya bersyukur bisa memberikan waktu saya untuk orang-orang yang saya kasihi.

January, 17th
Rapat awal tahun timurdua. Meluruskan komitmen bersama, membuat target bersama dan menjalani visi yang sama. Banyak orang yang berkurang dibanding tahun lalu dan banyak pula yang bertambah. Tidak pernah tahu sampai kapan mereka yang di sekeliling kita akan terus bersama dengan kita dan tidak pernah tahu kapan mereka yang di samping kita akan pergi meninggalkan kita. Menyadari bahwa hidup ini bertanding dengan waktu, waktu yang tidak akan pernah berulang. Pemimpin-pemimpin luarbiasa itu berdoa dan bernubuat bagi orang-orang yang dipimpinnya. Ingin rasanya dinubuatkan hal yang besar. Seorang pemimpin berdoa, “engkau akan menjadi ibu bangsa-bangsa dan engkau akan menjadi bangsa yang besar”. Tergelitik rasanya hati ini ketika mendengar doa itu. “Klise rasanya,” kataku dalam hati. Hal yang sering kudengar dan masih terlihat aneh di telingaku. Tapi malam ini diingatkan perkataan-perkataan orang lain padaku. Pernyataan-pernyataan yang selalu kuragukan, namun pernyataan-pernyataan itu meneguhkanku malam ini terhadap janji Tuhan bagiku. Ibu bangsa-bangsa itu bukan hal yang mustahil untuk Tuhan kerjakan bagiku, setia dan kerjakan.
Saya bersyukur boleh mendapati janji Tuhan.

January, 18th
Berkumpul bersama sahabat-sahabat terkasih, tak cuma mereka tapi dengan dua orang adik terkasih yang pernah saya layani. Sekedar makan bersama , berbincang dan bersendau gurau cukup terasa berarti. Moment yang selalu saya sukai dan syukuri.
Saya bersyukur masih memiliki hubungan yang baik dengan mereka yang saya kasihi.

January, 22nd
Masalah. 7 huruf, 1 kata yang sering sekali datang dalam hidup manusia. Semalam mendengar kabar yang cukup membuat diri ini panas karena marah. Saat persiapan retreat sekolah saya hampir rampung masalah itu muncul. Semua persiapan hampir menjadi percuma, acara hampir batal hanya karena keegoisan seseorang. Tapi masalah itu membuat orang-orang yang berjerih lelah untuk retreat ini bersatu. Memiliki hati yang sama untuk membela retreat ini. Pelangi sehabis hujan? Itu yang saya lihat dalam kejadian ini. Tersenyum bibir ini melihat hati-hati yang penuh dengan kerinduan. Dan kembali menyukuri segala perkara yang TUHAN berikan bagi anak-anak yang dikasihi-Nya.
Saya bersyukur masalah datang silih berganti dan membuat saya semakin berpengharapan.

January, 24th
Tiga hari dua malam yang luarbiasa, lelah dan kurang tidur tidak membuat sukacita ini berkurang. Melihat lawatan Tuhan yang begitu luarbiasa bagi sekolah yang sangat saya kasihi. Puncak Kana kembali menjadi saksi bisu anak-anak muda boleh berjumpa dengan Cinta Pertama mereka. Retreat yang cukup berkesan bagi saya, tak hanya mereka namun saya pun boleh dilawat Tuhan. Pengertian-pengertian yang baru boleh saya dapati tiga hari ini. Yang paling penting saya kembali bertemu dengan Cinta Pertama saya. Delapan tahun lalu di tempat yang sama, saya bertemu Cinta Pertama Saya. Tujuh tahun lalu di tempat yang sama, saya menjadi panitia yang menyiapkan retreat yang sama. Enam tahun yang lalu di tempat yang sama, pertama kali saya melayani sebagai pembimbing di retreat. Dan di tempat itu, tiga hari ini saya boleh melayani orang-orang yang akan merasakan hal yang sama dengan yang pernah saya alami. Lahirlah murid-murid yang kuat dan teguh. Lahirlah generasi yang melakukan hal-hal yang lebih besar dari pendahulunya. Dari sekolah yang saya kasihi ini akan lahir orang-orang besar yang akan melakukan Amanat Agung itu.
Saya bersyukur boleh bertemu dengan Cinta Pertama saya.

January, 31th
Hari terakhir di bulan pertama di tahun 2015. Sudah hari ketiga puluh satu di tahun ini yang boleh saya lalui, tak terasa. Baru kemarin rasanya semua orang bersukacita merayakan pergantian tahun, namun kini sudah akan berganti bulan. Semakin menyadari bahwa kita berlomba dengan waktu. Mengoreksi segala sesuatu yang sudah saya lakukan bulan ini dan ternyata saya masih kalah dengan waktu. Menyesal? Tentu. Akan tetapi, saya mau memulai hal yang baru tanpa penyesalan. Biar penyesalan itu menjadi pelajaran yang berharga bagi hidup saya. Bulan Februari, saya akan mengalahkan waktu. Saya harus kerjakan banyak!
Saya bersyukur masih bisa bertanding dengan waktu.



Beranikah kita memulai tanpa penyesalan?
Bab 1 di 2015, FINISH! Bab 2? START!

Rabu, 14 Januari 2015

2015. race start!

Duar... Duar... Duar..
Suara petasan saling membalas di langit sana, warna-warna bunga api saling berlomba menunjukan keindahannya. Gegap gempita panggung musik yang disiarkan di televisi tidak kalah meriah. Tentu antusias di setiap rumah menambah meriahnya malam penyambutan tahun yang baru.
“Sepuluh... Sembilan.. Delapan... Tujuh... Enam... Lima... Empat...” suara presenter di Televisi mulai menghitung mundur, tanda pergantian tahun tinggal hitungan detik. “Tiga... Dua... Satu...”
Tettttt... Tettttt...
Bunyi terompet ramai menghiasi gelapnya malam. Tak hanya di televisi tapi di seluruh wilayah di Indonesia bagian Barat. Setiap bunyi terompet yang berasal dari setiap orang yang ada seperti membentuk harmoni yang indah mengisi pergantian tahun. Malam yang biasanya sunyi menjadi ramai, langit yang biasanya hanya berhias bintang kini indah dengan warna-warna kembang api.
Tawa dan sorak gembira terdengar begitu lantang. Wajah berhias senyum terpasang di setiap orang yang tidak terlelap malam itu. Antusias menyatu dan terpampang lewat indahnya langit. Antusias meninggalkan tahun yang lama dan antusias menyambut tahun yang baru. Antusias meninggalkan yang telah lalu dan antusias menyambut hal-hal baru yang tentunya lebih menarik.
2014 sudah selesai. Tahun dimana saya boleh belajar banyak hal. Belajar kecewa, belajar bersukacita, belajar berharap sama Tuhan, belajar mendengar suara Tuhan, belajar mengerti orang lain, belajar berani mengambil keputusan, belajar menjadi pemimpin, belajar menjadi murid, belajar menjadi pengajar, belajar menjadi anak yang baik, belajar menjadi kakak yang baik, belajar menjadi sahabat yang baik, belajar menjadi penasehat yang baik, belajar menjadi pendengar yang baik, belajar menjadi wanita yang kuat, belajar mandiri, dan belajar untuk tidak mengecewakan orang lain. Tahun 2014 adalah tahun yang baik untuk saya belajar dan kehidupan adalah sekolah terbaik saya.
Suka dan duka, tangis dan tawa, ratapan dan tarian, kegagalan dan keberhasilan, semua hal begitu indah membentuk hidup saya. Tidak ada lagi penyesalan untuk semua yang terjadi, hanya ucapan syukur yang bisa saya panjatkan kepada Tuhan yang telah mengijinkan saya mengalami banyak hal yang luarbiasa. Setiap hal yang terjadi biar menjadi sebuah kenangan yang bisa menjadi pedoman hidup untuk meraih hidup yang lebih baik lagi. Selamat tinggal 2014!
Selamat datang 2015. Satu tahun yang baru yang diberikan Tuhan kepada manusia. Satu buku kehidupan yang baru untuk kita isi. Satu buku kehidupan yang siap saya jalani bersama arahan Sang Penulis hidup. Tahun yang boleh saya awali dengan sukacita, siap saya jalani dengan sukacita, dan saya akhiri dengan sukacita pada waktunya.
The apostles of breakthrough. Ya, saya menanti hal-hal besar terjadi dalam hidup saya. Saya siap bermimpi hal-hal yang mustahil dan membuat itu menjadi tidak mustahil bersama Tuhan yang luarbiasa. Saya tidak sabar melihat kisah kehidupan yang begitu luarbiasa yang Tuhan sediakan buat saya. Janji Tuhan yang besar itu ada buat saya dan anda.. Berharap dan mengandalakan Tuhan itu kunci kesuksesan kita.. Semangat para pemimpi! Wujudkan mimpimu..

“Orang gagal bukanlah orang yang tidak bisa mewujudkan mimpinya. Orang gagal adalah orang yang tidak memiliki keberanian untuk bermimpi”
-          Meindah Lisnawaty, 2015 -